Kamis, 10 Maret 2011

Ketika Rasa Syukur Tak Pernah Habis Terucap (Pengantar & Prakata)


PENGANTAR
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai musafir, dan untuk menjadi musafir yang unggul  adalah jika bisa merenungi perjalanan hidup pahit dan manis secara bermakna.  Terlebih lagi,  jika bisa tertuang sebagai tulisan untuk menjadi makna yang berpesan, bukan sekedar tertinggal sebagai makna yang bisu dan bermisteri..

Meta Mahendradatta  telah melakukannya  melalui buku    “Ketika  Rasa Syukur tak pernah habis berucap...”  Pengalaman sederhana  seorang anak perempuan  ketika  kewalahan berbenturan dengan nilai sosial budaya yang bias jender, bisa menginspirasi kita  untuk lebih bijaksana ketika membaca persoalan hidup yang kompleks. Pengalaman seorang perempuan dewasa  eksis sebagai  akademisi yang profesional  dan  telah menjelajahi  berbagai  belahan dunia, namun tetaplah seorang seorang perempuan dengan segala keterbatasan.  Ini sangat bermakna bagi  perempuan berkarir  yang seringkali harus kalang kabut untuk selalu ingin tampil sebagai  wonder women, karena takut  ternilai tak mampu  dalam dunia domestik dan publiknya. 
                     (Dwia Aries Tina NK, Sosiolog)

PRAKATA
            Ketika berkas pertama sebagai bukti fisik untuk pengusulan guru besar telah kuserahkan kepada Pak Beri di kantor Dekanat Fakultas Pertanian UNHAS, Makassar, September 2008, terbersit rasa syukur yang dalam karena aku telah dapat melewati tahapan ini. Meskipun jalan menuju tujuan akhir masih jauh, namun proses yang telah aku jalani dan membawaku meniti langkah sampai pada jalan ini patut aku syukuri. Saat itu kuputuskan untuk mengungkapkan rasa syukur dalam sebuah buku kecil yang mudah-mudahan dapat memberikan inspirasi kepada orang lain untuk tak henti-hentinya mensyukuri nikmat Allah.
            Tidak akan habis kata terucap untuk menyatakan rasa syukur terhadap kenikmatan yang kita peroleh berupa kehidupan yang layak, kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, kesuksesan, dari hal-hal besar hingga hal-hal kecil yang kadang terlewatkan bagi kita untuk meyakini bahwa Allah adalah maha pemberi tanpa batas. Detik ini pun aku masih belum percaya bahwa aku akan mencapai tingkat tertinggi dalam dunia akademik dan bahwa aku dapat menyelesaikan buku ini pada waktu yang tepat.
Karya ini memuat sebagian kecil perjalanan hidupku yang senantiasa kujalani dengan gembira dan semakin mendekatkan aku kepadaNya. Kisah-kisah singkat kutulis secara kronologis berdasarkan tahun kejadian .
……………………………………………………………………............................................penulis (April 2009)

0 komentar:

Posting Komentar