Jumat, 05 April 2013

A unique friendship; meet after 35 years


Tak ada yang lebih menyenangkan saat itu selain mendapat kejutan manis bisa bertemu dengan sahabat penaku di masa kecil. Bertemu setelah 35 tahun mungkin bagi sebagian orang bukan hal yang luar biasa, toh ada yang bertemu setelah 40 tahun, 50 tahun dst...dst.... Bahkan ada saudara kandung yang terpisah pada saat masih kanak-kanak dan kemudian bertemu kembali setelah sama-sama renta. Iya sih, memang bukan yang luar biasa seandainya tidak ada penjelasan berikutnya yaitu bahwa kami belum pernah bertemu sebelumnya. Naaah....akan jadi aneh bin ajaib, bersahabat pena tapi belum pernah bertemu sebelumnya. Kok bisa?? Seperti sinetron saja......

Lenty Sugiharti namanya. Kukenal pertama kali tahun 1978 ketika aku (dia juga) duduk di kelas 6 SD. Ketika itu foto dan biodata singkatku muncul di kolom Sahabat Pena majalah Bobo. Aku masih ingat foto terbaikku saat itu, yang sayang sekali sudah tidak kumiliki sekarang  bahkan mencari jejak foto tersebut juga sudah tidak ketahuan rimbanya. Wajah imut dengan rambut panjang cepat mencuri perhatian anak-anak sebayaku, salah satunya Lenty. Bersahabat pena memang butuh modal, yaitu kertas surat, amplop, waktu untuk menulis, perangko, dan kesabaran untuk menunggu balasan. Di zaman instan sekarang ini kupikir tak ada lagi anak-anak yang mengenal istilah sahabat pena, yang ada friend di FB, BB, twitter dll..... sehingga sulit bagi anak-anak sekarang bisa memahami kenikmatan tersendiri bersahabat pena. Lucunya, sebagian anak-anak sekarang bahkan tidak mengerti apa sih sahabat pena itu, beneran pakai pena??? Hehehe....... zaman memang cepat berubah. Sama halnya kalau aku menonton film-film jadul dengan salah satu adegan orang menulis dengan bulu ayam (atau bulu angsa yaa??) sebagai kuas kemudian dicelup ke dalam tinta. Kasihan sekali ayam-ayam (atau angsa-angsa) zaman dahulu yang gundul semua karena bulunya dicabuti untuk jadi kuas........



Kembali ke Lenty. Aku mengenalnya pertama kali saat ia masih tinggal di Bangka, Sumatera dan aku di Makassar. Hubungan surat-menyurat kami lancar bebas hambatan. Sampai SMP kemudian SMA dan akhirnya berhenti tanpa aku tahu persis siapa yang “memutuskan” hubungan. Akhirnya aku pindah ke Solo ketika naik kelas 2 SMA kemudian kuliah di Yogya, kembali ke Makassar untuk bekerja dan menikah. Ketika Facebook mulai marak, aku sama sekali tak terpengaruh. Ah, pasti akan menyita banyak waktuku, bisa-bisa aku tidak bisa kerja kalau tiap saat mataku melotot di depan monitor computer maupun laptop ber-FB-ria.  Sampai mahasiswa-mahasiswaku pun mulai memengaruhiku untuk membuat akun FB. Tetap pada prinsip, tidak terpengaruh. Tapi ketika aku punya waktu luang saat membuka internet, iseng-iseng kucoba membuat akun FB, ternyata mudah sekali......dan diam-diam akhirnya aku punya akun FB, kalau tidak salah pertengahan tahun 2009 itu terjadi. Mengetahui hal itu, mahasiswa-mahasiswaku mulai menggodaku karena sekarang aku sudah mau “gaul”.    

Tak lama setelah aku punya akun FB, muncullah kejutan-kejutan manis. Beberapa teman lama mulai bermunculan menyapaku di FB. I’ve got a sweet surprise ketika seseorang menulis pesan untukku dengan kalimat...”......Apa ini benar Meta Mahendradatta yang dulu pernah tinggal di Jl. Karantina ex Kompleks Mekatani, Makassar?.....” Membaca namanya seketika ingatanku akan masa kecil kembali, Lenty Sugiharti, sahabat penaku yang cantik, berambut panjang, aku bahkan masih ingat pose manisnya di foto ukuran 3R yang pernah kumiliki... Segera kubalas pesan singkatnya. Di situlah awal mula aku berhubungan kembali dengan dia. Ternyata dia sekarang sudah menetap di Jakarta, sudah menikah dan memiliki dua orang putra. Ada masa ketika kami hilang kontak sehingga kami tidak pernah sempat saling menceritakan masa-masa indah di SMA dan perguruan tinggi dengan tuntas,  dan sekarang bertemu dalam kondisi sudah menjadi istri dan ibu.. Luar biasa!!

Kami berusaha mencari waktu untuk bertemu setiap aku ada kegiatan di Jakarta tapi belum pernah terwujud. Ya sudah......insya Allah suatu saat kami akan dipertemukan, begitu sajalah kami berprinsip. Sebenarnya saat itu bukan hanya dengan Lenty aku kontak lagi, ada seorang mantan sahabat penaku di masa kecil yang akhirnya bisa “ketemu” lagi denganku di dunia maya. Namanya Wawan (Juliawan Prakoso), kebetulan dari dulu sampai sekarang domisili tetap di Jakarta. Dengan dia pun aku belum pernah ketemu, padahal kontakku dengan dia lebih lama lagi karena sampai aku kuliah di Yogya masih sempat beberapa kali surat-menyurat.

Kembali ke kisah pertemuanku dengan Lenty..... Aku termasuk dalam angkatan ke-6 pelatihan untuk guru besar Unhas di Jakarta, tepatnya tentang Problem Solving and Decision Making. Jadwalnya adalah tanggal 8 – 10 Maret. Kuambil pula kesempatan untuk periksa mata di Jakarta tanggal 11 Maret, tanggal 12 istirahat di Bogor, temu-kangen dengan ibuku lalu kembali ke Makassar tanggal 13. Karena acara dimulai tanggal 8 jam 8 pagi, maka aku harus berangkat dari Makassar tanggal 7 Maret, tepat hari ulang tahun Fauzi yang ke 11. Pada subuh tanggal 7 itu aku baru teringat untuk mengirimkan BBM kepada Lenty. (Waaah...satu alinea ini serba angka semua yaa).....Kukabarkan rencana kegiatanku di Jakarta dan keinginanku untuk bertemu dengannya di sela-sela jadwalku. Gayung pun bersambut. Dia mengatakan bahwa jadwalnya Kamis malam dan Jumat malam free sehingga besar kemungkinan kami bisa bertemu. Siiiiiiip....

Kamis malam ternyata waktunya tidak pas. Setiba di Cengkareng bersama rombongan kami makan malam di Sate Senayan dalam kondisiku yang setengah mabuk. (Biasaaaa.....aku selalu seperti itu dalam perjalanan, pusing mual dll apalagi jika sebelumnya terlalu banyak urusan yang melibatkan fisik dan mentalku. Naik mobil pribadi pun dulu aku sering mengalami mabuk perjalanan. Naik becak saja yang ok-ok....). Lenty juga memahami bahwa Kamis malam tentunya aku masih perlu istirahat setelah perjalanan jauh jadi bukan waktu yang tepat untuk bertemu. Jadilah kami deal Jumat malam.

Selesai pelatihan Jumat sore Lenty BBM lagi dan mengabarkan bahwa dia harus menemui nasabahnya sehingga mungkin agak telat tiba ke hotelku. Akhirnya kusetujui ajakan bu Atik Agus dan mbak Tutik untuk jalan-jalan ke Thamrin City. Sebenarnya aku sama sekali tidak berniat shopping karena kupikir aku akan ke Bogor, di sana saja aku belanja nantinya. Tapi ternyata naluri perempuanku yang paling dalam berontak.......dan akibatnya....akulah yang menenteng paling banyak belanjaan dibandingkan bu Atik dan mbak Tutik.....
 

Kami kembali ke hotel pukul 21.30 dan Lenty telah hampir 20 menit menunggu di lobby. Pertemuan yang menghebohkan jagat raya. Karena telah mengenal wajah dan bentuk fisik masing-masing melalui FB dan BB maka pasti tak akan salah orang. Kami berpelukan bagai sahabat yang lama tak jumpa. Mbak Tutik nampak terkejut ketika kukenalkan dengan Lenty dan kukatakan bahwa kami bersahabat pena sejak kelas 6 SD namun belum pernah bertemu. Pokoknya unik abiiiiiiis.... Lenty adalah sosok yang menyenangkan, ramah, humoris dan lincah.

Memang hari sebelumnya saat BBM dengan Lenty sudah kutawarkan kepadanya untuk menginap di kamarku karena masing-masing peserta pelatihan mendapatkan satu kamar; aku berada di lantai 15 hotel Aryaduta. Dia bersedia dan sudah menyiapkan baju ganti untuk ke kantor keesokan harinya. Lembur katanya. Malam itu kami terjaga sampai jam 01.00 dan bercerita panjang lebar tentang kehidupan masing-masing. Ternyata banyak hal yang terlewatkan untuk dikisahkan ketika kami masih aktif berkorespondensi dulu. Sehingga malam itu rasanya tidak cukup waktu untuk membuka autobiografi masing-masing. Kuceritakan juga kepadanya tentang sahabat penaku yang statusnya sama dengan dia, yaitu Wawan yang sudah bersahabat pena sejak 35 tahun yang lalu tapi belum pernah bertemu. Aku berpikir suatu saat kalau aku ke Jakarta lagi, alangkah baiknya kami bertemu bertiga dan membuat kisah unik lagi. Oh iya, aku dan Lenty punya beberapa kesamaan, salah satunya adalah kesukaan terhadap kucing. Kucingku saat ini 3 ekor, sedangkan Lenty tiga kali lipatnya. Video tentang kucing-kucingnya pun diputar dari ipadnya termasuk kucing tetangga yang selalu numpang makan di rumahnya..... bisa-bisa rumahnya jadi tempat penitipan kucing....hahaha...

Pukul 7.15 kami turun untuk breakfast. Di bawah kami bertemu dengan kolega-kolega dari Unhas dan sempat kukenalkan dengan Lenty. Saat itulah aku merasa baru mengenal sifat asli Lenty. Dia sangat ramah, supel bergaul dan bisa dengan mudah menyapa dan masuk dalam tema pembicaraan apa saja. Pribadi yang sangat menyenangkan. Sikapnya itu mengingatkan aku akan mbak Hera, kakakku. Sangat mirip. Waaah beda jauh denganku....  Aku harus banyak belajar dari Lenty.
Pukul 8 kami menuju lokasi pelatihan di PPM, seberang hotel Aryaduta. Lenty pun mengikuti kami untuk kemudian berpisah di depan PPM setelah memanggil taksi. Memang waktu yang sangat singkat untuk pertemuan pertama setelah 35 tahun, namun kami percaya, insya Allah kami akan dimudahkan untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya di waktu-waktu yang akan datang. Aku hanya berharap persahabatan kami tetap langgeng dan bisa menjadi cerita yang pantas untuk dikisahkan kepada anak cucu kami kelak......

Tamalanrea, 2 April 2013